MATERI LAKMUD: Ke-IPNU-an II

MATERI LAKMUD: Ke-IPNU-an II



A.    Tujuan Pembelajaran

1.      Mengetahui garis-garis besar perjuangan dan citra diri IPNU

2.      Mengetahui Mengetahui realitas perkembangan IPNU masa sekarang

 

B.     Pendalaman Materi

1.      Citra Diri IPNU

Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) adalah salah satu organisasi dibawah naungan jam’iyah Nahdlatul Ulama, tempat berhimpun dan wadah komunikasi putra-putri NU, merupakan bagian integral dari potensi generasi muda Indonesia yang menitik beratkan bidang garapannya pada pembinaan dan pengembangan pelajar, remaja dan santri.IPNU adalah wahana kaderisasi putra NU sekaligus sebagai alat perjuangan NU dalam menempatkan pemuda sebagai tiang penyangga, yang dituntut untuk berkiprah lebih banyak dalam pembangunan bangsa yang bermodalkan ilmu pengetahuan, pengalaman dan keteguhan iman yang diharapkan mampu mengantarkan cita-cita luhur bangsa. IPNU beraqidahkan Islam Ahlussunnah wal Jama’ah yang berhaluan pada salah satu dari Mahdzab Empat, yaitu Imam Syafi’i, Maliki, Hambali dan Hanafi, Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, IPNU berdasarkan kepada Pancasila, dan IPNU adalah organisasi yang bersifat keterpelajaran, kekaderan, kekeluargaan, kemasyarakatan, kebangsaan dan keagamaan. Tujuan dibentuknya IPNU adalah untuk terpeliharanya rasa kekeluargaan pelajar-pelajar di pesantren, madrasah, sekolah umum dan mahasiswa yang sehaluan.

Tujuan lainnya adalah agar terbentuknya pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, berilmu, berakhlak mulia, berwawasan kebhinekaan serta bertanggung jawab atas terlaksananya syari’at Islam Ahlussunnah wal Jama’ah yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 demi tegaknya NKRI.IPNU memiliki lambang organisasi berbentuk bulat yangberarti kontinuitas atau terus menerus. Warna dasar hijau  melambangkan subur. Berlingkar kuning di tepinya melambangkan hikmah yang tinggi, dan diapit dua lingkaran putih melambangkan kesucian dan cita-cita yang tinggi. Di bagian atas tercantum kata “IPNU” dengan tiga titik yang berarti Islam, Iman dan Ihsan, dan diapit enam garis lurus yang berarti rukun iman. Dibawahnya terdapat sembilan bintang lambang keluarga Nahdlatul Ulama, Lima bintang terletak sejajar dan yang satu diantaranya lebih besar terletak di tengah melambangkan Nabi Muhammad SAW dan Khulafaur Rasyidin, yakni Abu Bakar as-Shidiq ra, Umar bin Khattab ra, Utsman bin Affan ra dan Ali bin Abi Thalib. Empat bintang dibawahnya melambangkan madzhab 4: yaitu Hambali, Hanafi, Syaf ’i dan Maliki. Diantara bintang yang mengapit terdapat dua kitab yang berarti Al- Qur’an dan Hadits. Di paling bawah terdapat dua bulu angsa yang bersilang melambangkan sintesa antara ilmu umum dan ilmu agama.

Citra diri IPNU berorientasi serta berpijak pada kesemestaan organisasi dan anggotanya untuk senantiasa menempatkan pergerakan pada zona keterpelajaran dengan kaidah “belajar, berjuang, dan bertakwa”, yang bercorak dasar dengan wawasan kebangsaan, ke-Islaman, keilmuan, kekaderan dan keterpelajaran.

A.   Wawasan Kebangsaan Ialah wawasan yang dijiwai oleh asas kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan, yang mengakui 28 Arsip Museum NU, “Anggaran Dasar IPNU pada Muktamar ke IV”. 138 kebhinekaan sosial, budaya yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan, hakekat dan martabat manusia yang memiliki komitmen dan kepedulian terhadap nasib bangsa dan negara berlandasakan prinsip keadilan, persamaan dan demokrasi.

B.    Wawasan Ke-Islaman Wawasan yang menempatkan ajaran agama Islam sebagai sumber motivasi dan inspirasi dalam memberikan makna dan arah pembangunan manusia. Ajaran Islam sebagai ajaran yang merahmati seluruh alam mempunyai sifat memperbaiki dan menyempurnakan seluruh nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu IPNU dalam bermasyarakat bersifat tawashut dan I’tidal, menjunjung tinggi prinsip keadilan dan kejujuran di tengah-tengah kehidupan masyarakat, bersifat membangun dan menghindari laku tatharruf (ekstrim), melaksanakan kehendak dengan menggunakan kekuasaan dan kelaziman; tasamuh, toleran terhadap perbedaan pendapat baik dalam masalah keagamaan, kemasyarakatan maupun budaya, tawazun, seimbang dan menajalin hubungan antara manusia dan tuhannya serta manusia dan lingkungannya, amar ma’ruf nahi munkar, memiliki kecenderungan untuk kerusakan harkat kemanusiaan dan kerusakan lingkungan, mandiri, bebas, terbuka dan bertanggung jawab dalam berfikir, bersikap dan bertindak.

C.    Wawasan Keilmuan Ialah wawasan yang menempatkan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk mengembangkan sumberdaya ang139 gota dan kader. Sehingga dengan ilmu pengetahuan memungkinkan anggota untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai manusia seutuhnya dan tidak menjadi beban sosial lingkungan. Dengan ilmu pengetahuan, akan mencetak kader yang mandiri, memiliki harga diri dan kepercayaan diri sendiri dan dasar kesadaran yang realistik akan kemampuan dirinya didalam masyarakat sebagai anggota masyarakat.

D.     Wawasan Kekaderan dan Keterpelajaran wawasan yang menempatkan organisasi sebagai wadah untuk membina anggota agar menjadi kaderkader yang memiliki komitmen terhadap idiologi, citacita, perjuangan organisasi, bertanggung jawab dalam mengembangkan dan membentengi organisasi, juga diharapakan dapat membentuk pribadi yang menghayati dan mengenal ajaran Islam ala ahlissunnah wal jama’ah, memiliki wawasan kebangsaan yang luas dan utuh, memiliki komitmen terhadap ilmu pengetahuan serta memiliki kemampuan teknis metodologis untuk mengembangkan organisasi kepepimpinan, kemandirian dan kepopuleran. Sedangkan wawasan keterpelajaran adalah Ialah wawasan yang menempatkan organisasi dan anggota pada pemantapan diri sebagai center of excellence pemberdayaan sumberdaya manusia terdidik yang berilmu, berkeahlian dan visioner, yang diikuti kejelasan misi sucinya, sekaligus strategi dan operasionalisasi yang berpihak kepada kebenaran, kejujuran serta amar ma’ruf nahi munkar. Wawasan ini meniscayakan karakteristik organisasi dan anggotanya untuk senantia sa memiliki hasrat ingin tahu, belajar terus menerus dan mencintai masyarakat belajar mempertajam daya analisis; daya sintesis pemikiran agar dapat membaca realitas dan dinamika kehidupan yang sesungguhnya; terbuka menerima perubahan, pandangan dan cara-cara baru, pendapat baru, serta pendapat yang berbeda; menjunjung tinggi nilai, norma, kaidah dan tradisi serta sejarah keilmuan; dan berorentasi ke masa depan.

 

2.      Posisi dan Peran IPNU dalam Konteks Keterpelajaran dan Kemasyarakatan

IPNU adalah organisasi yang bersifat keterpelajaran, kekaderan, kemasyarakatan kebangsaan dan keagamaan yang berfungsi sebagai wadah perjuangan pelajar Nahdlatul Ulama dalam pendidikan, keterpelajaran untuk mempersiapkan kaderkader penerus NU yang mampu melaksanakan dan mengembangkan Islam Ahlusunnah Waljamaah untuk melanjutkan semangat, jiwa dan nilainilai nahdliyah. Selain itu juga menjadi wadah komunikasi pelajar untuk memperkokoh ukhuwah nahdliyah, islamiyah, insaniyah dan wathoniyah. IPNU sebagai organisasi pengkaderan sangat efektif dalam menyokong sumber daya manusia Indonesia. Ia berdiri dan berkiprah menguatkan basis pendidikan dan segmen keilmuan, Disinilah IPNU mengenalkan wawasan keterpelajaran dimana menempatkan organisasi dan anggota pada pemantapan pemberdayaan SDM terdidik yang berilmu, berkeahlian dan visioner. Dan wawasan ini menyebabkan pembentukan karakter (toleransi, kemandirian, ketekunan, dan pencapaian prestasi terbaik) terpola melalui aktivitas di sekolah.

Yang tidak kalah penting adalah IPNU ikut mempelopori pendidikan berbasis keagamaan dan keorganisasian, pelajar tiak hanya dijejali dengan materi kurikulum formal saja. Karena dalam kondisi itu siswa akan punya kecendrungan untuk bosan dan sekolah terkesan sebagai rutinitas belaka. Sekolah dan organisasi pelajarmerupakan kesatuan yang tidak dapat terpisah. Sekolah dengan mentransfer ilmu akan menghasilkan kepandaian (intelegensi). Sementara organisasi dengan kegiatan positif akan mencetak wawasan kedewasaan dan kemandirian. Lembaga pendidikan mempunyai target untuk membuat siswa pandai dan dewasa. Pentingnya peran IPPNU bagi pelajar, antara lain sebagai gerbong besar transformasi kesadaran dalam meluruskan genersi muda agar tidak tergerus pada pragmatisme jangka pendek kalangan pelajar atau jebakan implikatif dari arus besar globalisasi. Karena harus disadari bahwa pesatnya perkembangan peradaban modern seperti sekarang ini, mengakibatkan tumpukan problematika yang kian lama kian sulit untuk diatasi, utamanya problematika yang menggerus dunia remaja dan dunia pelajar. Diawali dari tingginya tingkat stress, ketidaktahuan mengatasi persoalan pubertas, hingga munculnya split personality pelajar dan remaja.

 

3.      Kebijakan Strategis IPNU Ke depan

Sebagai organisasi yang bercorak keagamaan IPNU IPNU menempatkan nilai Islam Ahluss sunnah Wal Jama’ah sebagai sumber motivasi dan inspirasi dalam memberi makna serta arah pembangunan manusia menuju penyempurnaan nilai kemanusiaannya. Oleh sebab itu dalam bermasyarakat IPNU  bersikap Tawasuth (Adil) dan I’tidal (Kejujuran). Juga bersikap membangun, menghindari perilaku Tatharruf/Ekstrim, memaksakan kehendak dengan menggunakan kekuasaan, toleran terhadap perbedaan pendapat, amar ma’ruf nahi munkar, mandiri, bebas, bertanggung jawab dalam bertindak dan berfikir. Kaitannya dengan ini adalah IPNU merupakan generasi muda penerus NU dalam melanjutkan cita-cita perjuangan NU yang behaluan Ahlus sunnah wal Jama’ah, melestarikan dan menyebarkan wawasan tersebut dalam koridor negara kesatuan Republik Indonesia. Hal ini sangat perlu kita pahami bersaa seiring dengan muncul dan maraknya berbagai faham baru yang tidak jelas nasabnya (baik nasab ideologi, tradisi, dan rujukan pada masa lampau menuju Nabi SAW). Itu tanggung jawab yang pertama. Tanggung jawab yang kedua adalah dimensi IPNU sebagai organisasi kemasyarakatan dan kepemudaan yang merupakan generasi penerus bangsa, meneruskan visi kebangsaan yang telah digagas oleh para pendahulu kita. Artinya IPNU mempunyai tanggung tawab membangun bangsa saai ini, saat tata dunia dan efek globalisasi telah berjalan dan menerobos berbagai lapisan masyarakat tanpa mengenal batas-batas teritori fisik, seprti generasi-generasi pada asa lampau.

Kaitannya dengan yang itu adalah persoalan yang ketiga karena IPNU telah engibarkan diri sebagai organisasi pelajar, yang kita tahu kondisi pendidikan dan dalam tanda kutip dunia pelajar dewasa ini sangat emprihatinkan maka IPNU mempunyai tanggung jawab mencerahkan dan memberi warna baru pendidikan di Indonesia menuju pendidikan yang yang mencerahkan dan membebaskan semua anak bangsa. Karena semua proses perubahan tolok ukur awal keberhasilannya adalah dari pendidikan. Agar mampu bersaing IPNU dituntut mempunyai kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang banyak dan berkualitas. Pola kemitraan barangkali juga bisa dijadikan model pengembangan organisasi, sebab dengan kemitraan ini antar pihak yang bermitra bisa saling bekerja sama, saling mengisi, saling menguntungkan dan berbagi resiko. Arah pembacaan dalam perspektif Kongres Surabaya tahun 2003 masih sangat relevan untuk dijadikan sebagai salah satu acuan penting dalam strategi pengembangan dan dinamika IPNU sampai pada hari ini. Beberapa situasi strategis masih belum banyak berubah. Mulai tata global, nasional, regional masih hampir sama dari situasi pada tahun-tahun itu. Hal yang sama juga terjadi pada komitmen pemerintah dalam bidang pendidikan, ranking korupsi Indonesia, ancaman ideologi trans-nasionalisme yang menjadi kegelisahan para tokoh tua, bahkan pada keseharian pelajar ala sinetron-sinetron picisan yang nampak di media, dan lain sebagainya.

Kayak-kayaknya, pada hari inilah komitmen ke-IP(NU)-IPP(NU)-an kita betul betul diuji, apakah kita betul-betul berani ”…Ayo Maju, Pantang Mundur, Pasti tercapai Adil Makmur…” “Ilmu ku cari amal ku beri, Untuk Agama, Bangsa Negeri”. Menghadapi kondisi yang demikian itu menuntut konsekuensi logis bahwa SDM dalam hal ini jumlah anggota yang banyak dan berkualitas tidak bisa ditawar-tawar lagi. Yang perlu kita persiapkan sekarang ini adalah kader-kader yang berkualitas. Karena jumlah kader/anggota yang banyak belum menjamin akan kualitas yang optimal. Arah program sudah saatnya dirubah. Apabila awalnya kita hanya berusaha memperbanyak anggota/kader, maka sudah saatnya arahnya kita rubah pada  program-program yang mengarah pada peningkatan kualitas organisasi dan kualitas anggota. Dalam berstrategi di abad 21 kegiatan-kegiatan kita sedikit banyak kita arahkan pada halhal sebagai berikut:

1)  Membina dan mengembangkan organisasi dan anggota dalam program kaderisasi.

2) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap NU dalam perjuangan berkhidmat pada agama, nusa dan bangsa.

3)   Meningkatkan kemampuan untuk memahami ajaran Islam Ala Ahluss Sunnah wal Jama’ah

4)  Meningkatkan pemahaman terhadap ideologi Pancasila baik secara konseptual maupun operasional.

5)  Tanpa henti mendorong perubahan di dunia pendidikan melalui berbagaimacam pendekatan dan berjejaring dengan kelompok manapun. Sedangkan dari segi pengkaderan, langkah yang bisa kita ambil diantaranya adalah:

a. Mengembangkan jenis-jenis pelatihan ketrampilan dalam rangka mengembangkan bakat, minat dari anggota dalam upaya peningkatan profesionalisme kader.

b.  Meningkatkan pelaksanaan pelatihan-pelatihan formal di semua tingkat kepengurusan.

c.       Menumbuhkan pola berfikir kritis dan kreatif.

    Menyediakan sarana dan fasilitas pembinaan kader melalui forum-forum kajian keilmuan dan kajian ilmiah Adalah menjadi keharusan bagi kader IPNU untuk menjawab dan menghadapi tantangan yang akan datang tentu lebih berat dan kompleks lagi. Maka dari itu perlu kita persiapkan startegi dan rencana jitu agar IPNU lebih eksis, berwibawa dan berkualitas disetiap program-program dalam kiprahnya dalam percaturan dimasyarakat, bangsa, negara serta agama. Semoga menjadikan pemikiran, dan akhirnya semoga taufiq, hidayah, dan rahmat Allah selalu menyertai organisasi dan perjuangan kita. Amiin Ya Robbal ‘Alamin. Selamat Belajar, Berjuang, Bertaqwa.
LihatTutupKomentar